CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Senin, 27 April 2009

Defisit APBN? SUN Harus "Bersinar"

Oleh : Ummi Masyithoh (XI IPS 1 / SMA N 2 Bantul)
Artikel Peringkat 15 se-DIY
Lomba Membaca APBN 2009


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan strategi ampuh untuk menjaga kestabilan perekonomian negara. Dengan adanya APBN, suatu negara mampu memperkirakan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang akan dicapai. Walaupun proses perancangan APBN penuh dengan pertimbangan kondisi perekonomian secara menyeluruh, ada kalanya terjadi defisit APBN. Penerimaan yang diperoleh negara tidak cukup untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Penyebabnya antara lain, naiknya harga minyak dunia, turunnya nilai tukar rupiah, inflasi, dsb. Salah satu langkah yang diambil pemerintah untuk mengatasinya adalah dengan penerbitan Surat Utang Negara (SUN). SUN merupakan surat pengakuan utang yang akan dijamin pembayaran bunga dan pokonya oleh negara.
SUN dapat berbentuk Surat Perbendaraan Negara (SPN) dan Obligasi Negara (ON). SPN berjangka waktu sampai dengan 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. Sedangkan ON berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon dan / pembayaran bunga secara diskonto. SUN dapat berupa pengakuan utang dalam negeri yaitu berupa rupiah dan pengakuan luar negeri berupa valuta asing.
SUN memberi kepastian hukum pemodal untuk memenuhi kewajiban keuangan serta penyelenggaraan managemen yang transparan, profesinal, dan bertanggung jawab. Pada tanggal 26 Februari 2009 pemerintah melakukan penawaran SUN dalam valuta asing sebesarUS$ 3 miliar. Transaksi ini merupakan penawaran surat utang terbesar di Asia dan juga merupakan penerbitan surat utang terbesar yang pernah dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia. Transaksi ini ditawarkan ke lebih dari 200 investor unyuk masing-masing tranche lima tahun dan 10 tahun dan menghasilkan kelebihan permintaan sebesar 2,4 kali atau US$ 7,25 miliar. Secara geografis, tranche lima tahun didistribusikan sebanyak 55% ke wilayah Asia, 18% ke wilayah Eropa, dan 27% ke Amerika Serikat. Sementara itu, tranche sepuluh tahun didistribusikan sebanyak 33% ke wilayah Asia, 20% ke wilayah Eropa, dan 50% ke Amerika Serikat. Berdasarkan jenis investor, tranche
lima tahun dialokasikan ke reksa dana51%, bank 31%, investor ritel 14%, dan asuransi 4%, sementara itu tranche sepuluh tahun dialokasikan ke reksa dana 76%, bank 15%, investor ritel 7%, dan asuransi 2%. Penawaran ini juga berhasil menarik partisipasi investor dalam negeri, khususnya untuk tranche lima tahun.



-becok lagi diterusin nulisnya, capek-